Setelah coba buka blog lama ga bisa, akhirnya harus buat blog baru. sebagai pembuka di blog baru ini, sengaja "Ekspedisi Triple S (Slamet, Sindoro, Sumbing)" jadi hidangan pembuka.
tak lain dan tak bukan karena mendaki gunung mencerminkan langkah hidup seseorang.
Diawali dari persiapan perbekalan untuk mendaki, sama seperti saat kita memulai kehidupan di bangku sekolah. Jika bekal kita lengkap, maka sampai ke puncak kita akan mengurangi resiko gangguan.
Lanjut pendaftaran di
basecamp. Inilah awal perjuangan, setelah semua perbekalan kita isi. Dari sini kita memulai segalanya.
Setelah pendaftaran di
basecamp, perjalanan dimulai. Layaknya kehidupan, mendaki gunug diawali dari jalan yang masih datar dan halus. Lalu jalanan mulai berubah menyempit, menanjak, dan berbatu.
Jika sebelumnya jalanan sangat aman, maka selanjutnya jalanan lebih berresiko. Jika kita lengah, maka bahaya telah mengintai kita. Kanan dan kiri jalan kini juga berubah menjadi jurang yang menganga. Kewaspadaan sangat dibutuhkan.
Stamina juga semakin menurun, sama halnya dengan perbekalan yang sebelumnya telah dipersiapkan. Manajemen perbekalan sangat diperlukan.
Semakin lama, tenaga yang ada semakin berkurang. Rintangan yang menghadang juga semakin banyak.
Namun kita tak boleh semau sendiri. Banyak aturan yang harus tetap kita pegang teguh. Aturan ini bukan hanya untuk kita, namun aturan ini juga akan berdampak pada orang lain jika kita tidak mematuhi.
Namun segalanya akan terbayar jika kita telah sampai di puncak yang kita tuju.
Pemandangan dari Pos 7 Gunung Slamet (3.428mdpl)
Gunung Sindoro (3.150 ,dpl)
Gunung Sumbing (3.371 mdpl)
"Semakin tinggi kita berada, maka angin akan bertiup lebih kencang."
Silahkan menerjemahkan sendiri arti dari kalimat di atas, hehehe
Salam lestari
Tim ekspedisi :
Gunung Slamet (3.428mdpl) : Febri "bargo", Farid, Afip, Evan, Ringga, Vita "penguin", Arga
Gunung Sindoro (3.150 ,dpl) : Febri "bargo", Farid, Afip, Mano, Khusnul, Yayan, Arga
Gunung Sumbing (3.371 mdpl) : Febri "bargo", Farid, Afip, Arga